Kamis, 11 Maret 2010

PostHeaderIcon Hikayat tentang tiga orang gadis bersaudara, (Bagian Ke 2)

Hikayat tentang tiga orang gadis bersaudara, (Bagian Ke 2)

‘Hai orang shaleh, apa maksudmu?’ Tanya mereka

‘Selama tiga hari berturut-turut belakangan ini, aku berada di tempat ini dan mendengar suara godam serta rantai yang mengerikan.’ Jawabku.

‘Kami tahu ayah kami dibakar di neraka. Itulah yang membuat kami gusar dan hidup serba tidak tenang. Tetapi, kami akan terus memohon kepada Allah mudah-mudahan Dia berkenan membebaskan ayah kami dari neraka.’ Kata mereka yang langsung pergi begitu saja.



Aku pun pulang. Setelah aku tidur semalam dirumah, esoknya aku kembali ke kuburan itu. Aku duduk sendiri lalu aku tertidur. AKu bermimpi melihat penghuni kubur itu berwajah sangat tampan dan memakai alas kaki dari emas. Ia diapit seorang gadis dan seorang pemuda.

Aku menghampirinya seraya mengucapkan salam.

‘Semoga Allah merahmatimu. Siapa kamu sebenarnya?’ tanyaku

‘Aku adalah ayah gadis-gadis itu. Sejak kemaren aku tahu apa yang kamu lakukan di tempat ini. Aku bisa memahami kesedihanmu. Karena itu, semoga Allah memberimu balasan kebajikan,’ jawabnya.

‘Lalu apa yang terjadi dengamnu?’ tanyaku

‘Setelah kamu kabarkan keadaanku kepada putrid-putriku itu, mereka bertambah sedih. Dan seperti yang dijanjikan, mereka lalu rajin mengiba-iba memohon kepada Allah dengan khusyu dan khidmat serta terus-menerus menangis tanpa henti. AKhirnya, ALLAH berkenan mengampuni dosa-dosaku dan membebaskan aku dari neraka. Bahkan, aku ditempatkan di surge berdampingan dengan Muhammad sang nabi pilihan. Kalau saja aku melihat putrid-putriku, akan aku kabarkan kepada mereka keadaanku sekarang yang sudah berada di surge yang penuh nikmat. Ini semua adalah berkat pengampunan Allah kepadaku.’ Jawabnya.

Aku terbangun dengan perasaan gembira. Aku segera pulang. Setelah semalaman tidur dirumah, kembali aku ke kuburan itu. Dari jauh aku melihat gadis-gadis itu dengan telanjang kaki sudah berada disana. Aku menghampiri mereka. Setelah mengucapkan salam, aku katakana kepada mereka berita tantang keadaan ayah mereka yang sudah berada di surge.

‘Rupanya Allah mendengar do’a kalian. Karena itu, bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat yang telah Dia berikan kepada kalian,’ kataku.

Mendengar itu, gadis yang paling kecil serta merta berdo’a, ‘Ya Allah, Tuhan yang menghibur menghibur hati, tuhan yang maha menutupi aib, tuhan yang maha menyingkap kesedihan, tuhan yang maha mengampuni dosa, tuhan yang mengetahui sesuatu yang gaib, tuhan yang mengabulkan harapan yang diminta, engkau tau permohnanku, keinginanku, dan alas an aku menyendiri dengan-Mu. Ya Allah, engkau tahu kebingunganku, engkau melihat niat tulusku, engkau mengerti tobatku, engakulah yang menguasai leherku, engkaulah yang memegang ubun-ubunku, engkaulah harapanku dikala sedang susah, engkaulah yang membimbingku, engkaulah yang menuntunku, dan engkaulah yang mengabulkan do’aku. Jika aku lalai dari perintah-Mu dan melanggar larangan-Mu, Engkau maafkan aku dan Engkau tutupi aibku, Aku ingin selalu menyebut nama-Mu. Dan akupun ingin senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, tetapi tidak kuasa karena begitu banyaknya. Engkaulah Tuhan Yang Maha Mulia, tempat memohon terakhir. Engkaulah yang merajai hari pembalasan. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang tersimpan di hati, mengatur seluruh mahluk. Jika engkau mengabulkan hajat itu adalah semata berkat kebaikan-Mu, Engkau telah penuhi permohonanku menolong hamba-Mu. Rengkuhlah aku kepada-Mu. Dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’ Selesai membaca do’a yang cukup panjang tersebut ia menjerit keras lau meninggal dunia.



Powered by Telkomsel BlackBerry® & Nokia E71


Kemudian kakaknya yang satu bangkit berdiri. Dengan suara lantang ia berseru, ‘ Wahai Tuhan, berilah jalan keluar bagi kesulitanku, dan bebaskan aku dari kebingungan hatiku, Wahai Tuhan yang menolong aku ketika aku jatuh tersungkur atau terpeleset, yang menunjukan aku ketika aku bingung, dan yang menolong aku ketika aku sedih. Jika Engaku terima tobatku, Engkau penuhi hajatku, dan Engkau luluskan permohonanku, susulkan aku dengan adikku tadi.’ Selesai berdo’a ia menjerit lalu meninggal dunia.

Giliran kakaknya satu lagi yang bangkit berdiri. Dengan suara lantang ia juga berseru, ‘Wahai Tuhan Yang Maha Memaksa, Yang Maha Kuasa lagi Maha Mulia, Yang mengetahui orang yang diam dan orang yang berbicara. Milik Engakulah segala anugerah dan kebesaran. #ngkau adalah Maha Dahulu dan Maha Dermawan. Engkaulah yang membuat mulia orang yang mulia, yang membikin hina orang yang hina, yang membikin bahagia orang bahagia, yang membikin dekat orang yang Engkau dekatkan, yang membikin jauh orang yang Engkau jauhkan, yang membikin miskin orang yang Engkau miskinkan, yang membikin beruntung orang yang Engkau karuniai, dan yang membikin rugi orang yang Engkau siksa. Aku memohon pertolongan-Mu dengan nama-Mu yang Maha Agung, Zat-Mu yang mulia, ilmu-mu yang luas, yang membuat malam jadi gelap, yang membuat siang menjadi terang, yang membuat gunung menjadi gempa, yang menjadikan angin bertiup, yang menjadikan lagit tinggi menjulang, yang membuat suara-suara menjadi tunduk khusyu, dan yang menjadikan malaikat bersujud. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pertolongan kepada-Mu. Jika Engkau berkenan memenuhi hajatku dan meluluskan permohonanku, tolong susulkan aku dengan kedua adikku.’ Selesai berdo’a ia menjerit dan menemui ajal seperti kedua adiknya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, kepada mereka, dan kepada segenap kaum muslimin. Itulah akhir hayatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian semesta alam.

0 komentar:

Posting Komentar

Hanya Untuk Sementara