Senin, 21 Desember 2009
Kasus Luna Maya
04.23 | Diposting oleh
Unknown
Berawal dari kekesalan Luna Maya ketika usai menyaksikan premiere Sang Pemimpi Selasa (15/12) lalu, ketika para pekerja infotainment mengerubunginya hingga Luna sulit untuk bergerak dan bahkan kamera salah satu wartawan infotainment membentur kepala Alleia, putri Ariel Peterpan yang ada dalam gendongan Luna. Kekesalan ini ditumpahkan Luna Maya lewat akun Twitternya dengan menuliskan “Infotemnt derajatnya lebh HINA dr pd PELACUR,PEMBUNUH!!!!may ur soul burn in hell!!”
Rupanya tulisan Luna Maya ini berhasil menyinggung para pekerja infotainment yang berakibat seluruh tayangan infotainment pun mulai menghujat dan memojokkan kekasih Ariel ini lewat tayangan-tayangan di layar kaca dan beberapa media online. Tidak hanya sampai disitu, melalui R Priyo Wibowo sebagai perwakilan Komunitas wartawan Infotainment yang berada di bawah naungan PWI Jaya, dengan didampingi Ketua PWI Jaya, Kamsal Hasan, melaporkan Luna ke Polda Jaya pada Kamis, 17 Desember 2009 dengan tuduhan bahwa artis yang juga bintang iklan salah satu merek sabun terkenal ini telah melakukan pencemaran nama baik dan atau fitnah, penghinaan dan perbuatan tidak menyenangkan. Untuk itu Luna Maya dijerat pasal 27 ayat (3) UU ITE, ancaman pidananya enam tahun penjara dan/atau denda 1 miliar.
Anehnya, ketika pihak infotainment dengan gencar menyudutkan Luna Maya dengan berita-berita yang tidak berimbang, dari masyarakat justru mencuat dukungan yang begitu kuat terhadap sang bintang, dan ini tercermin dalam sebuah group di Facebook dengan nama Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment. Dalam 2 x 24 jam saja anggota group ini sudah hampir mencapai 20.000 orang.
Dari perkembangan group ini, lewat komentar dan diskusi-diskusi yang terjadi, serta perkembangan kasus Luna Maya vs Infotainment yang ada di media televisi dan media online ada berbagai fakta yang patut kita simak :
Media , khususnya televisi tampak tidak berimbang dalam membahas masalah ini, terlebih lagi pihak infotainment, mereka hanya membesar-besarkan sikap dan perkataan Luna Maya tanpa membahas latar-belakang dan alas an yang membuat Luna terpancing, yaitu perilaku dan arogansi para wartawan infotainment sendiri.
Ketika kasus Prita vs Omni dan kasus Bibit-Chandra vs Polri bergulir, media termasuk infotainment juga dengan gencar memberitakan mengenai perkembangan suara masyarakat yang melakukan dukungan lewat dunia maya khususnya Facebook, tapi dalam kasus Luna Maya vs, Infotainment mereka tampaknya menutup mata.
PWI tampaknya tidak konsisten dan menggunakan standar ganda. Ketika Dewan Pers menyerukan revisi UU ITE, khususnya pada saat kasus Prita bergulir, PWI justru menggunakan pasal yang sama untuk menjerat Luna Maya.
Munculnya group Facebook Boikot Luna Maya yang hanya beranggotakan 1.000 orang justru diekspose lebih banyak oleh beberapa media online yang berbau infotainment sementara Group Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment yang sudah menjaring hampir 20.000 orang justru kurang diekspose. Lucunya lagi, jika kita menyimak isi halaman Group Boikot Luna Maya, komentar-komentar yang masuk justru didominasi oleh orang-orang yang tidak mendukung infotainment dan lebih mendukung Luna Maya.
Tidak sedikit wartawan dan pekerja jurnalistik yang justru ikut bergabung dalam Group Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment.
Kualitas dan kebenaran berita Infotainment semakin meragukan ketika mereka secara berulang-ulang memberitakan bahwa Luna Maya telah menutup account Twitternya karena kasus ini, seolah-oleh ingin menunjukkan bahwa Luna Maya merasa bersalah, padahal hingga saat ini account Twitter Luna Maya masih online dan Luna sendiri masih meng-update status lewat situs microblogging tersebut. Sungguh jurnalisme yang aneh dan tidak berdasarkan fakta!
Ketika dukungan masyarakat mengalir untuk Luna, justru para artis yang tampil di infotainment cenderung menyalahkan Luna. Benarkah para artis terlalu takut dengan infotainment? Takut digosipkan, takut diboikot dan namanya tenggelam? Kalau benar, berarti sama aja para artis ini mengiyakan kalau nama mereka menjadi besar hanya karena gossip-gosip murahan dan bukan karena prestasi. Sungguh disayangkan. Tapi tidak menutup kemungkinan juga artis-artis yang pro Luna tidak lulus sensor tayang oleh pihak Infotainment.
Pekerja Infotainment dan PWI menggugat Luna Maya 1 Miliar karena status Twitternya, sementara dalam Group Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment banyak member yang menuliskan status yang sama dan bahkan lebih tajam dibanding Luna Maya, tapi kenapa tidak digubris atau diperkarakan? Apakah Luna Maya sebagai artis yang sedang naik daun terlihat sebagai lahan basah menghasilkan uang daripada facebooker yang belum tentu keberadaan materinya? Atau mungkin PWI dan pekerja infotainment enggan menunjukkan gerakan perlawanan dari masyarakat (facebookers) ini sehingga memilih diam dan pura-pura tidak tahu.
Masih banyak fakta-fakta lain yang mungkin dapat kita lihat dalam kasus Luna Maya vs Infotainment ini, namun yang pasti sebuah pergerakan masyarakat menentang sepak terjang infotainment yang kurang manusiawi, arogan dan oleh sebagian orang dianggap tidak menjunjung kode etik jurnalistik saat ini sedang menyeruak dan situs jejaring social seperti facebook kembali menjadi media untuk menyalurkan aspirasi untuk melawan infotainment yang dianggap hanya menyiarkan dan menyebarkan gossip-gosip murahan yang tidak bermutu dan tidak mendidik.
Sumber
Rupanya tulisan Luna Maya ini berhasil menyinggung para pekerja infotainment yang berakibat seluruh tayangan infotainment pun mulai menghujat dan memojokkan kekasih Ariel ini lewat tayangan-tayangan di layar kaca dan beberapa media online. Tidak hanya sampai disitu, melalui R Priyo Wibowo sebagai perwakilan Komunitas wartawan Infotainment yang berada di bawah naungan PWI Jaya, dengan didampingi Ketua PWI Jaya, Kamsal Hasan, melaporkan Luna ke Polda Jaya pada Kamis, 17 Desember 2009 dengan tuduhan bahwa artis yang juga bintang iklan salah satu merek sabun terkenal ini telah melakukan pencemaran nama baik dan atau fitnah, penghinaan dan perbuatan tidak menyenangkan. Untuk itu Luna Maya dijerat pasal 27 ayat (3) UU ITE, ancaman pidananya enam tahun penjara dan/atau denda 1 miliar.
Anehnya, ketika pihak infotainment dengan gencar menyudutkan Luna Maya dengan berita-berita yang tidak berimbang, dari masyarakat justru mencuat dukungan yang begitu kuat terhadap sang bintang, dan ini tercermin dalam sebuah group di Facebook dengan nama Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment. Dalam 2 x 24 jam saja anggota group ini sudah hampir mencapai 20.000 orang.
Dari perkembangan group ini, lewat komentar dan diskusi-diskusi yang terjadi, serta perkembangan kasus Luna Maya vs Infotainment yang ada di media televisi dan media online ada berbagai fakta yang patut kita simak :
Media , khususnya televisi tampak tidak berimbang dalam membahas masalah ini, terlebih lagi pihak infotainment, mereka hanya membesar-besarkan sikap dan perkataan Luna Maya tanpa membahas latar-belakang dan alas an yang membuat Luna terpancing, yaitu perilaku dan arogansi para wartawan infotainment sendiri.
Ketika kasus Prita vs Omni dan kasus Bibit-Chandra vs Polri bergulir, media termasuk infotainment juga dengan gencar memberitakan mengenai perkembangan suara masyarakat yang melakukan dukungan lewat dunia maya khususnya Facebook, tapi dalam kasus Luna Maya vs, Infotainment mereka tampaknya menutup mata.
PWI tampaknya tidak konsisten dan menggunakan standar ganda. Ketika Dewan Pers menyerukan revisi UU ITE, khususnya pada saat kasus Prita bergulir, PWI justru menggunakan pasal yang sama untuk menjerat Luna Maya.
Munculnya group Facebook Boikot Luna Maya yang hanya beranggotakan 1.000 orang justru diekspose lebih banyak oleh beberapa media online yang berbau infotainment sementara Group Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment yang sudah menjaring hampir 20.000 orang justru kurang diekspose. Lucunya lagi, jika kita menyimak isi halaman Group Boikot Luna Maya, komentar-komentar yang masuk justru didominasi oleh orang-orang yang tidak mendukung infotainment dan lebih mendukung Luna Maya.
Tidak sedikit wartawan dan pekerja jurnalistik yang justru ikut bergabung dalam Group Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment.
Kualitas dan kebenaran berita Infotainment semakin meragukan ketika mereka secara berulang-ulang memberitakan bahwa Luna Maya telah menutup account Twitternya karena kasus ini, seolah-oleh ingin menunjukkan bahwa Luna Maya merasa bersalah, padahal hingga saat ini account Twitter Luna Maya masih online dan Luna sendiri masih meng-update status lewat situs microblogging tersebut. Sungguh jurnalisme yang aneh dan tidak berdasarkan fakta!
Ketika dukungan masyarakat mengalir untuk Luna, justru para artis yang tampil di infotainment cenderung menyalahkan Luna. Benarkah para artis terlalu takut dengan infotainment? Takut digosipkan, takut diboikot dan namanya tenggelam? Kalau benar, berarti sama aja para artis ini mengiyakan kalau nama mereka menjadi besar hanya karena gossip-gosip murahan dan bukan karena prestasi. Sungguh disayangkan. Tapi tidak menutup kemungkinan juga artis-artis yang pro Luna tidak lulus sensor tayang oleh pihak Infotainment.
Pekerja Infotainment dan PWI menggugat Luna Maya 1 Miliar karena status Twitternya, sementara dalam Group Dukung Luna Maya Lawan Arogansi Infotainment banyak member yang menuliskan status yang sama dan bahkan lebih tajam dibanding Luna Maya, tapi kenapa tidak digubris atau diperkarakan? Apakah Luna Maya sebagai artis yang sedang naik daun terlihat sebagai lahan basah menghasilkan uang daripada facebooker yang belum tentu keberadaan materinya? Atau mungkin PWI dan pekerja infotainment enggan menunjukkan gerakan perlawanan dari masyarakat (facebookers) ini sehingga memilih diam dan pura-pura tidak tahu.
Masih banyak fakta-fakta lain yang mungkin dapat kita lihat dalam kasus Luna Maya vs Infotainment ini, namun yang pasti sebuah pergerakan masyarakat menentang sepak terjang infotainment yang kurang manusiawi, arogan dan oleh sebagian orang dianggap tidak menjunjung kode etik jurnalistik saat ini sedang menyeruak dan situs jejaring social seperti facebook kembali menjadi media untuk menyalurkan aspirasi untuk melawan infotainment yang dianggap hanya menyiarkan dan menyebarkan gossip-gosip murahan yang tidak bermutu dan tidak mendidik.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar